Bendung Gerak Serayu berjarak sekitar 4,2 km dari delta pertemuan
Sungai Logawa dan Sungai Serayu yang sebelumnya saya sempat kunjungi.
Jika dari Alun-alun Purwokerto maka jaraknya sekitar 14,2 km, arah ke
Selatan.
Letak wilayah Bendung Gerak Serayu tampaknya tergantung dari sisi
mana kita melihatnya. Jika dari arah Barat, dari arah saya datang, maka
masuk wilayah Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo. Jika dari sisi Timur
maka di wilayah Desa Gambarsari, Kecamatan Kebasen. Keduanya berada di
wilayah Kabupaten Banyumas.
Sekitar 750 meter sebelum sampai di Bendung Gerak Serayu, kami sempat
menepi lantaran melihat di sebelah kiri ada jembatan kereta api
melintang di atas Sungai Serayu. Kebetulan ada badan jalan yang agak
lapang, sehingga ketika parkir tidak mengganggu lalu lalang kendaraan.
Jembatan Kereta Api Serayu sepanjang 255 meter ini dibangun pada 1972, dan kemudian diperkuat lagi konstruksinya pada 1995.
Jembatan aslinya memiliki beberapa puncak lengkung, dibangun
perusahaan kereta api Belanda (Staats Spoorwegen) pada 1915 bersamaan
dengan pembuatan Terowongan Kereta Api Notog (panjang 260 meter) dan
Terowongan Kereta Api Kebasen (79 meter). Jembatan itu hancur dibom
semasa perang.
Terowongan Notog letaknya hanya sekitar 200 meter dari tempat saya berhenti memotret Sungai Serayu
di pertemuan dengan Sungai Logawa. Sedangkan Terowongan Kebasen berada
300 meter dari Bendung Gerak Serayu, di seberang sungai. Ketika
berkunjung ke Bendung Gerak Serayu saya masih belum mengetahui lokasi
persis kedua terowongan itu sehingga tidak mampir.
Masih dari tempat sebelumnya, ke arah berlawanan, saya bisa melihat
Bendung Gerak Serayu dari kejauhan, sementara di latar depan ada
penampakan orang-orangan yang cukup menghibur.
Setelah menunggu cukup lama di tempat ini dan tidak ada satu pun
kereta api melintas Jembatan Serayu itu, kami pun beranjak pergi
melanjutkan perjalanan ke lokasi Bendung Gerak Serayu.
Area parkir kendaraan di tepian lokasi Bendung Gerak Serayu ini cukup
luas, berukuran sekitar 50 x 50 m, dengan beberapa buah warung sederhana
di ujungnya.
Kecuali gerumbul pohon pada foto di atas, area pinggir Bendung Gerak
Serayu ini boleh dibilang miskin pohon. Belum terlihat ada penataan dan
perawatan yang serius di area sekitar Bendung Gerak Serayu ini.
Pemandangan di bagian atas Bendung Gerak Serayu, dengan dek pengamatan
berbentuk setengah lingkaran yang dekat dengan permukaan air sungai.
Bendung Gerak Serayu dibangun oleh pemerintah orde baru pada 1993 dan
secara resmi difungsikan pemakaiannya oleh Presiden Suharto pada 20
November 1996.
Jauh sebelum Bendung Gerak Serayu dibuat, Belanda telah membangun
Pompa Air Banjarsari, yang letaknya persis di samping Bendung Gerak
Serayu, untuk memompa air Sungai Surayu ke saluran irigasi yang mengairi
sawah-sawah di daerah Banyumas, Cilacap, dan sebagian Kebumen. Listrik
untuk menggerakkan pompa air dahulu dipasok dari PLTA Ketenger
Dengan berfungsinya Bendung Gerak Serayu, maka Popa Air Banjarsari
pun berhenti bekerja, karena airnya sudah dipasok dari bendung ini,
mengalir ke saluran irigasi yang sama.
Bagian atas Bendung Gerak Serayu yang bisa dilewati oleh pejalan kaki
dan kendaraan bermotor roda dua. Pada lantai tampak batang besi
memanjang seperti rel kereta api, namun hanya sebelah.
Nama Bendung Gerak Serayu terlihat di ujung konstruksi bendung ini,
di lokasi dimana terdapat Pompa Air Banjarsari yang keberadaannya baru
saya ketahui belakangan, sehingga saya tidak berjalan menyeberang untuk
melihatnya dari dekat.
Sumber : Wisata Banyumas
0 komentar:
Posting Komentar